Dalam setiap keluarga selalu ada si kambing hitam. Entah dia yang paling bandel, manipulatif, “bodoh”, ataupun pembangkang sekaligus paling disayang. Biasanya yang terakhir hanya terjadi pada kumpulan sifat bandel-pembangkang-manipulatif- tapi sebenarnya baik hati π
Mari ambil satu contoh si kambing hitam. Di antara saudara-saudaranya ia tidak terlalu cantik, pendidikan sedang-sedang saja (bila dibandingkan saudara-saudara lain), tidak terlalu pandai mengambil hati orangtua, serba biasa tanpa kelebihan apapun yang bisa dibanggakan dalam pertemuan keluarga besar karena yang lain sudah menancapkan prestasi mereka sedemikian tinggi. Kelebihan saudara kambing hitam ini, bila itu bisa dikatakan kelebihan, adalah rajin, bisa dan mau mengurus pekerjaan rumah tangga, serta masih tinggal bersama orangtua. Yang terakhir entah bisa disebut kelebihan atau tidak karena;
- a) ia belum bersuami, jadi wajar tinggal serumah dengan orangtuanya,
- b) ia belum juga bersuami, padahal usianya sudah sangat cukup untuk membina rumahtangga-begitulah pandangan orang-orang di lingkungannya, jadi wajar masih tinggal bersama orangtua,
- c) ia tidak punya pekerjaan apapun padahal pendidikannya sudah cukup untuk mencari karir sendiri di luar rumah, tapi kenyataannya ia masih tinggal bersama oranguta, di rumah keluarga, karena saudara-saudara lain toh sudah punya kehidupan dan keluarga yang mesti diurusi sedang ia tidak, eh belum punya keluarga (baca: suami-anak) untuk diurusi,
- d) sudahlah. Bayangkan saja varian dari alasan-alasan di atas.
Tapi mari sebagai manusia bermartabat dan berpikiran bersih (percayalah saya selalu memutar bola mata setiap selesai menuliskan poin-poin di atas. Kita ini manusia berpikiran maju dan tidak picik, ya kan? Ya kan? π ), anggap saja kenyataan si saudara kambing hitam masih tinggal serumah dengan orangtua di usia sekian-sekian dan bla bla bla sebagai kelebihan. Ia mau mengurusi orangtuanya, entah karena keterpaksaan atau alasan lain, adalah kelebihan. Titik.
Nah, masalahnya kelebihan-kelebihan si saudara kambing hitam di atas, terutama yang terakhir, tidaklah dipandang kelebihan oleh Ibu suri. Mungkin karena sudah terlalu lama hidup bersama, yang terjadi hampir setiap hari adalah keributan kecil sampai besar yang diakhiri dengan hujan airmata, lebih sering di pihak si saudara kambing hitam. Terhadap saudara-saudara lain sikap sang Ibu suri jauh lebih manis. Mungkin karena mereka lebih jarang bersama. Mungkin lho ya.
.
.
Sekarang mari modifikasi cerita. Saudara kambing hitam di keluarga lain sudah punya kehidupan sendiri, entah sudah menikah atau belum. Kambing hitam yang ini pembangkang, manipulatif, licik, tapi anak kesayangan. Ia hanya punya satu saudara. Si anak baik, tapi bukan kesayangan. Meski selalu dipuji di depan keluarga besar, pusat perhatian tetaplah kambing hitam si pembuat onar. Menyebalkan ya? Entah. Kan saya yang tanya.
.
.
Modifikasi lain. Keluarga dengan segambreng anak. Entah yang mana yang kambing hitam karena sepertinya semuanya sama-sama bermasalah. Tapi di antara mereka, ada dua yang paling sering membuat orangtuanya mengurut dada. Yang satu tangannya panjang sedang yang satu tidak bisa mengurus diri sendiri. Kedua kambing hitam ini tentu menguras perhatian orangtua mereka karena masalah yang mereka timbulkan kadang sampai batas tidak main-main bahayanya. Segambreng saudara lain berusaha mengatasi masalah mereka sembari sedikit kecewa karena perasaan tidak diperlakukan adil sejak kecil. Tentu saja, ada satu-dua yang tersilap dan melontarkan kemarahan karena kecewa mereka kepada orangtua yang sudah sepuh. Hebatnya, salah satu kambing hitam tampil sebagai βpahlawanβ. Lucu? Entah. Kan saya masih dalam rangka bertanya.
.
.
Perlu modifikasi lain? Eum.. lihat sekeliling saja lah. Mungkin anda sendiri kambing hitam. Mungkin anda adalah tokoh saudara yang tidak diperlakukan adil oleh orangtua yang pilih kasih. Mungkin anda sendiri orangtua pilih kasih yang mengelak dan berkata, βOh tidak. Aku sayang semua anakku. Hanya saja, beberapa dari mereka ku kasihi dengan cara keras.β Mungkin salah satu tokoh dalam contoh-contoh di atas adalah anda. Curiga saya menggosipkan anda? Hehehe, mungkin ya. Yang jelas cerita-cerita di atas memang beberapa pernah terlihat oleh saya dan diceritakan kembali dengan penambahan bumbu disana-sini. But donβt take it personally, kesemuanya cerita generik. Sering terjadi pada siapa saja kok.
Jadi?
Jadi saya hanya menceritakan ulang beberapa kisah kehidupan anak manusia. Tsaaahhh. Memang tidak enak diperlakukan tidak adil. Tapi, siapa sih yang bisa benar-benar adil? Dan, bagaimanapun darah lebih kental daripada air. Seberapa benci dan sakitnya benturan dengan keluarga, toh si orang akan tetap kembali pada akhirnya. Lagipula setahun sekali kan sudah lebaranan *eh* π
Tidak, tidak. Saya tidak bisa menarikkan kesimpulan apalagi mengambilkan hikmah. Anggap saja saya mendongengi anda dengan dongeng buruk dan berpotensi membawa mimpi buruk. Gpp lah malam ini mimpi buruk, toh besok libur kan ya? Selamat akhir minggu! π
ini bukan pengalaman pribadi kan, des??
serius, bukan pha. Pertama, aku masih remaja jadi belum cukup umur untuk kawin. Kedua, saudaraku tidak segambreng. Ketiga, aku polos dan lugu sehingga tidak mungkin manipulatif.
Masih remaja?? Bohong.

Polos dan lugu?? Bohong.
Biasanya yang manipulatif itu tampil dengan wujud polos dan lugu.
Ehem…kawin apa nikah??kawin pakai “Urat” Nikah pakai surat he he he. Just a joke.
salam.
lumayan buat bahan penulis skenario sinetron kejar tayang π
errr.. somehow beberapa potongan cerita di sinetron memang mirip beberapa kejadian yang saya temui sih, dalam versi lebay tentu saja. Tampar Mischa, nek! π
ini Des hasil ribut-ribut tetangga sebelah tadi? π
Pssstttt! π
Nanti kena pinalti saya π
curcol kah ini ?
ya semuanya punya posisi dan porsi masing-masing
tenang saja
sesuai petuahmu di atas tuh
lihat dengan fikiran bersih dan bermartabat
π
sangat dramatikal..
sangat meyakinkan… pastinya based on true story…
btw, jadi inget sama lagu Season in the Sun-nya TERRI JACK; “I was the black sheep of the family” π
pasti adalah kisah seperti ini terjadi…
tapi IMHO, kadang-kadang kita memang harus mengalah…
dramatikal? tentu. Kan ditambahi bumbu-bumbu sana sini

Based on true story? Yup. Curcol? Tidak juga. Yang jelas saya belum gila membeberkan “dapur” keluarga di sini
Hai! Di keluarga saya ada yang seperti itu. Paling kecil, sekolahnya paling nggak sukses, akhirnya tinggal di rumah dan membebani orangtuanya.
Tapi entah kenapa, ketika orangtuanya sudah tua renta, sodara yang satu ini yang paling sering dipanggil orangtuanya, jauh lebih sering daripada orangtuanya memanggil sodara-sodara yang lain.. Karena, sodara yang ini yang paling telaten mengurus orangtua mereka. π