I had a productive weekend. Yay!
Aish. Siapa juga yang ingin saya kibuli? Produktif dalam bersenang-senang maksudnya. Sudah cukup lama tidak melakukan kegiatan yang membuat saya tetap waras; nonton & baca buku. Yep, prioritas sudah bergeser. Kasian ya? Hibah kulkas dong.
Seperti biasa, saya ingin membagi sumber kesenangan saya dua hari belakangan ini. Siapa tau bisa menginspirasi para pembaca. Menginspirasi untuk leyeh-leyeh dan bersenang-senang. Nyahaahahahahahahahaha!
Psstt! Behave! Gaya-isi tulisan kok ga sesuai dengan template blog.
Baiklah. Yang pertama; akhirnya bisa menyelesaikan buku ini. Yay! Total 4 bulan waktu yang saya perlukan untuk mengunyahnya. Lama banget sih? Soalnya dibaca sebagai sambilan mengerjakan 16 halaman yang hasilnya bagai neraka ini itu. Kabar baiknya; makin jatuh cinta dengan tulisan Jonathan Safran Foer.
Oke, memang baru baca dua buku dengan genre yang cukup berbeda jauh. Yang satu nonfiksi-ilmiah-berbau sosial kesehatan & psikologi, yang lain fiksi-drama. Bila di Eating Animals saya cuma mengangguk-angguk sembari mengernyit kurang setuju di beberapa bagian, maka di Extremly Close and Incredibly Close emosi saya bagai dilontar ke atas trampolin. Ketika saya kira tidak bisa melambung lebih tinggi, nyatanya (emosi) saya terlempar jauh ke atas lalu jatuh-naik-jatuh-naik lagi dan beku di udara sesaat. Kemudian terlihat pemandangan dari sudut yang saya pikir tidak akan saya temui lagi.
Bingung? Mau tau sensasinya? Coba lompat dari lantai 37 tanpa parasut. Tapi sebelumnya coba janjian dengan Superman atau Spiderman sebagai tim pencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Jangan Batman, doski lagi sibuk syuting dengan mas-masnya saya; Joseph Gordon-Levitt & Tom Hardy.
Hehe.
Kalau mau tau cuplikan favorit saya silahkan ke sini. Atau yang terbaru;
How could anything less deserve to be destroyed? I thought we would be awake all night. Awake for the rest of our lives. The spaces between our words grew.
It became difficult to tell when we were talking and when we were silent. The hairs of our arms touched.
It was late, and we were tired.
We assumed there would be other nights.
Anna’s breathing started to slow, but I still wanted to talk.
She rolled onto her side.
I said, I want to tell you something.
She said, You can tell me tomorrow.
I had never told her how much I loved her.
She was my sister.
We slept in the same bed.
There was never a right time to say it.
It was always unnecessary.
The books in my father’s shed were sighing.
The sheets were rising and falling around me with Anna’s breathing.
I thought about waking her.
But it was unnecessary.
There would be other nights.
And how can you say I love you to someone you love?
I rolled onto my side and fell asleep next to her.
Here is the point of everything I have been trying to tell you, Oskar.
It’s always necessary.
I love you,
Grandma
.
Agak tidak adil ya kalau cuma pamer kutipan favorit tanpa menyertakan ringkasan ceritanya? Buku ini bercerita tentang seorang anak yang menemukan kunci beserta kertas bertuliskan “Black” dalam vas bunga peninggalan ayahnya yang meninggal pada tragedi menara kembar, September 2001. Anak yang bernama Oskar Schell tsb kemudian berkeliling New York untuk mencari para Black demi menggali informasi tentang ayahnya. Buku ini juga menggunakan sudut pandang kakek dan nenek Oskar melalui surat-surat yang mereka tulis untuk Oskar dan ayah Oskar; Thomas. Seperti buku JSF yang lain, Everything Is Illuminated, juga memasukkan Holocaust sebagai latar keluarga Schell yang tercerai-berai dan timpang dalam banyak hal terutama mengungkapkan kasih sayang.
Bisa ditebak kan mengapa buku ini cukup menguras emosi dan melegakan secara bersamaan? Plus, gaya penulisan dan kata yang digunakan sampai ke hati. 🙂
.
Nah, setelah terharu karena buku di atas, malamnya saya termewek-mewek karena dorama Mother. Topiknya apalagi kalau bukan tentang kompleksnya hubungan ibu-anak dan kdrt.
I think the love little children give to their parents is unconditional. Even if they’re abandoned or nearly killed by their parents, they will still love them. No matter what. That’s why parents shouldn’t let their children go, no matter what. (Suzuhara Nao)
😥
Ekspresi ibunya… 😥 Muka Nao yang melankolis… 😥 Terutama usaha Rena untuk tetap ceria, tidak mau mengeluh karena trauma ditinggalkan orangtuanya… 😥 Klop dah. Memang baru sampai episode 3 dan tak sabar menuntaskannya. Apa daya, trio Dean-Sam-Castiel lebih menggoda. Hitung-hitung menetralkan haru biru dengan histeria fangirling
Dan ohhhhh… ada episode 6 (Happily Ever After) season 4 How I Met Your Mother yang dialognya cukup menampar (bagi yang sukarela tertampar).
When someone give us pain, we push it down. And when that pain come to starts up again we push more pain down. Why confront something when we can avoid it? And I will live a happy life..
Oh..
but then.. it just all went away. And that was it. At that moment I wasn’t angry anymore. I could see Stella was meant to be with Tony. Kids, you may think that your choice is only to swallow you anger or throw it at someone face. But there’s a third option. You can just let it go. And only when you do that it’s really gone and you can move forward. And that, kids, was the perfect ending to a perfect love story. It just wasn’t mine. Mine is still out there, waiting for me.
OH. Right O, Ted!
Love the last quote…
*peluk2 Desti*
wiken kemarin juga ngabisin waktu baca Mort di taman kota setelah sang Buku tergeletak tak tersentuh selama nyaris 2 bulan. Sekarang udah tinggal dikit tapi rasanya sayang mau ngabisin, ntar ga ada bacaan lagi :p
Weekend kemaren, lebih tepatnya Sabtu, ngabisin waktu dengan ngobrol di Pantai bareng temen, and nonton The Jane austen book club.
habis nonton, jadi kepikiran, gemana kalau bikin book club juga.
jadi, pengen nya komentar tentang buku yang kamu baca Des, but I have no Idea about the book at all. 😆
Setahun yg lalu, baca quote yg sama dengan yang terakhir itu di blog-nya itik. Ah kamu basbang, Des!
*minggat*
Love the quotes. Dan saya mau cari buku itu 😀
@ Christin
ikhlas itu sulit banget tin..
*peluk erat*
@ TamaGO
baca ebook? Atau beli buku bekas di sana?
Syahdu bener baca di taman kota, inget adegan Summer teriak Peniiiiiii bareng Tom 😆
@ Akiko
kalo berminat ada di gramed itu buku terjemahannya kak. Atau ebooknya sila cari
book club? Coba gabung aja di goodreads 🙂
@ Chic
saya memang super duper basbang. Hibah kulkas dong mak chic
😛
😆
@ Ahmad Alkadri
selamat berburu 🙂
kalo mau ebooknya ada di library.nu
Sama, Mbak, akhir2 ini semangat saya dalam nonton film kembali “kambuh”.
Saya malah udah ada rencana pengen nulis tiga review film lagi. 😀
jadi pengen baca bukunya…
eh, quotes nya keren2 yah kak…
P.S.
1. Takodok artinya apa sih kak?
2. eh, di atas Aul ada bang ASOP. hihi 😀 (kenalan blogger)
Wah, bukunya kategori fiksi yang lumayan berat kayaknya Mbak? 😀
nggak, ini bawa buku dari Indo yg tergeletak ga pernah sempet dibaca haha
enak bener baca di bangku taman kota dengan pemandangan danau, di Bali mah mau nyantai baca buku di pantai diganggu mulu, kalo nggak “Massage mas?” ya “jagung bakarnya?”
ahh buku…kadang aku takut menyentuhmu karena ketika tersentuh maka sulit rasanya melepaskannya…hahahaha….
cheers 🙂
Wah bukunya berat.. tapi doramanya keren tuh sepertinya..
Well, 5 tahun kemudian sih… 😆
Akhir minggu kemarin, saya banyak jalan2 sama saudara-saudara dan teman-teman. Jadinya buku-buku yg sengaja ada untuk dibaca pas liburan ini, jadi belum kebaca deh, hehe….
emang jalan-jalan pas wiken tuh ga ada yang ngalahin mantebnya 🙂
bukunya menarik tapi sayang g kuat bacanya