P, Hari Keempat

“Hal seperti itu tak usah dipikirkan. Kalau kita terus memikirkan yang sepele, malah akan kehabisan waktu melakukan tugas yang seharusnya kita kerjakan.”

Tanggapan yang (seakan) bijaksana telah keluar dari mulut saya saat seorang teman mengeluhkan kelakuan salah seorang petugas. Biasa, sikap judes, suka omong belakang dan senang membesar-besarkan masalah akan selalu ada di bagian mana pun. Apesnya kami, begitu memasuki bagian P, kombinasi maut itulah yang harus kami hadapi. Teman-teman sebelumnya mampu. Kenapa kami tidak?

Halangan lebih besar justru ada pada para rekan. Bahkan setelah dua bulan, saya masih belum mampu menyamakan gelombang pemikiran. Mungkin memang itu seninya berkelompok; mengharmonisasikan masing-masing pola pikir dan tingkah laku. Akan ada saja benturan dan redaman emosi. Sumbang atau merdukah hasilnya, harus diterima sebagai pembelajaran.

Menyendiri tidak selalu melegakan apalagi ketika tugas utama kita ada pada hubungan antarmanusia. Lagi-lagi soal kompromi dan menggeser persepsi. Ah, saya merasa makin tua…

9 thoughts on “P, Hari Keempat

  1. Menyendiri tidak selalu melegakan apalagi ketika tugas utama kita ada pada hubungan antarmanusia. Lagi-lagi soal kompromi dan menggeser persepsi. Ah, saya merasa makin tua…

    Tertohok! Kayaknya tugas ini yang paling susah untuk orang-yang-agak-soliter macam kita (kita??), rasanya mendingan disuruh baca setumpukan jurnal akademis ketimbang ngurusin orang T___T

Leave a reply to Fadly Sansan Cancel reply