[3] A Memory

Bermenit-menit saya habiskan waktu untuk mengatur kalimat. Mau membahas apa? Awalnya mau menampilkan satu video kumpulan foto yang dibuat otomatis oleh handphone. Tapi ga jadi. Rasanya terlalu personal.

Lah kan ini blog personal?

Yaaa.. iyaaa.. tapi rasanya menampilkan foto beberapa orang tanpa izin sebelumnya agak kurang nyaman bagi saya. Mau izin dulu ya males karena repot juga. Kecuali di platform tersebut mereka berteman dengan saya. Tinggal tag.

Urusan izin ini cukup serius nan tricky menurut saya. Coba, memberi nomor handphone pribadi A kepada B saat diminta apakah harus minta izin dulu? Saya sih iya. Tapi kadang untuk urusan kerjaan ya kadang main kasih juga. Misal satu kantor tapi beda bagian. Pun begitu, saya masih kasih pembukaan “..saya dapat nomor bapak/ibu dari xx/xy..” atau “Nomormu aku kasih ke AA ya. Mengenai blabla“.

Itu saya ya. Tidak bisa memaksakan pandangan saya ke orang lain. Mempengaruhi sih bisaaaaa *lah* 😆

Terus.. aja terus melenceng dari judul. Ya gapapa lah ya. Habisnya mau menceritakan kenangan manis, pahit atau so-so ya kok rasanya bingung. Padahal tinggal lihat ke instagram. Biasanya kan diingetin tuh sama fitur archive. Tahun lalu lagi ngapain, tahun sebelumnya sedang suka lagu apa, Tahun sebelum-sebelumnya ada di mana. Mengerikan juga teknologi sekarang ini ya?

Eyy mbanya pasti habis nonton The Social Dilemma yak?

Iya. Tapi ga baru-baru amat lah. It is what is. Kita harusnya sudah paham dengan konsekuensi memakai media sosial. Tiap orang punya perangnya masing-masing. Bagiku isu di film tersebut tidak sebesar kekhawatiranku terhadap kondisi pandemi yang belum membaik juga. Kita hanya terbiasa, beradaptasi, agar bisa terus hidup.

Halah. Wis. Blog ini adalah penanda, memory, pensieve.

Sip.

7 thoughts on “[3] A Memory

  1. Could just post a collage of usb memory stick pictures 😛

    So… not only we are delegating smart devices to store some phone numbers, now we’re storing our memories in them too. Are those memories not important enough to be remembered by ourselves? Or we’re just too lazy to remember?

  2. Bagian tersulit sekaligus termenyenangkan dari menjadi personal blogger memang itu yah Kak : Menulis konten sesuai judul

    XD

    Time flies so fast, udah mau akhir 2020 aja.
    Semoga kenangan manis agak sepet dan asem dan asin asin gurih tahun ini cukup jadi kenangan aja, tidak untuk tiilang lagi.

    Lelah lahir bathin akutu :’)

  3. jadi inget mantan bos yg marah2 karena berulang kali kirim pesan nggak direspon, telp nggak diangkat. ternyata dia minta nomor ke rekan kerja yang jarang kontak dan dikasihnya nomor lama yang sudah nggak aktif lebih dari 6 bulan :p

Leave a comment